Banyak dari kita menyukai bepergian dengan pesawat, selain cepat dan pastinya juga lebih nyaman. Namun bagaimana kalo ternyata dipesawat kita duduk bersebelahan dengan mayat selama penerbangan, tentu saja rasa ngeri akan berlipat, selain karena kita diketinggian ribuan kilometer dari tanah ditambah pula duduk dengan penumpang yang telah meninggal...hiiiii.
Apa yang dialami perempuan asal Swedia ini, Lena Petterson saat menumpang maskapai Kenya Airways jelas horor. Ia terpaksa duduk di sebelah jenazah selama penerbangan panjang 10 jam dari Amsterdam, Belanda menyeberangi samudera ke Tanzania, di benua Afrika .
Kala itu Petterson tak bisa berkutik. Seperti dimuat Daily Mail, awalnya jurnalis Sveriges Radio itu duduk di seberang seorang pria bertubuh tinggi besar yang masih bernyawa. Teman yang bepergian bersamanya menyadari ada yang tak beres dengan pria yang diperkirakan berusia 30 tahunan itu.
Setelah pesawat lepas landas dari Bandara Schiphol, Amsterdam, kecurigaan itu terbukti. "Pria itu berkeringat banyak dan berkali-kali kejang," kata Pettersson. Tidak lama kemudian, kru pesawat meminta bantuan pada penumpang yang punya pengalaman medis untuk memberi pertolongan pada pria yang sakit itu.
Namun tindakan medis yang diberikan tak berhasil. Meskipun sudah dibantu dengan pijat jantung oleh salah seorang penumpang, pria itu tetap tidak tertolong. Kru pesawat segera memindahkan orang-orang yang duduk di sebelah mayat, namun sayangnya Pettersson dan kawannya kurang beruntung. Tak ada lagi tempat di pesawat untuk mereka.
Kru kabin yang bingung harus berbuat apa kemudian membaringkan mayat di tiga kursi yang telah kosong, sambil menutupinya dengan selimut. Sial bagi Pettersson, tiga kursi itu ternyata tak cukup untuk pria berperawakan tinggi itu. Kaki jenazah menjulur hingga lorong pesawat, hanya beberapa inchi darinya.
"Saya jelas terganggu. Tapi saya bukan orang yang cerewet dan langsung mengomel tentang hal ini," kata dia.
Sekembalinya dari liburan, Pettersson yang masih terbayang-bayang dengan peristiwa itu lalu menulis surat elektronik berisi keluhan pada Kenya Airways. Dia menuntut kompensasi.
Beberapa bulan kemudian, pihak maskapai merespon. Selain permintaan maaf, dia menerima ganti rugi uang sebesar separuh harga tiketnya sekitar US$700. "Saya puas. Saya rasa ini cukup pantas," kata Pettersson.
Kala itu Petterson tak bisa berkutik. Seperti dimuat Daily Mail, awalnya jurnalis Sveriges Radio itu duduk di seberang seorang pria bertubuh tinggi besar yang masih bernyawa. Teman yang bepergian bersamanya menyadari ada yang tak beres dengan pria yang diperkirakan berusia 30 tahunan itu.
Setelah pesawat lepas landas dari Bandara Schiphol, Amsterdam, kecurigaan itu terbukti. "Pria itu berkeringat banyak dan berkali-kali kejang," kata Pettersson. Tidak lama kemudian, kru pesawat meminta bantuan pada penumpang yang punya pengalaman medis untuk memberi pertolongan pada pria yang sakit itu.
Namun tindakan medis yang diberikan tak berhasil. Meskipun sudah dibantu dengan pijat jantung oleh salah seorang penumpang, pria itu tetap tidak tertolong. Kru pesawat segera memindahkan orang-orang yang duduk di sebelah mayat, namun sayangnya Pettersson dan kawannya kurang beruntung. Tak ada lagi tempat di pesawat untuk mereka.
Kru kabin yang bingung harus berbuat apa kemudian membaringkan mayat di tiga kursi yang telah kosong, sambil menutupinya dengan selimut. Sial bagi Pettersson, tiga kursi itu ternyata tak cukup untuk pria berperawakan tinggi itu. Kaki jenazah menjulur hingga lorong pesawat, hanya beberapa inchi darinya.
"Saya jelas terganggu. Tapi saya bukan orang yang cerewet dan langsung mengomel tentang hal ini," kata dia.
Sekembalinya dari liburan, Pettersson yang masih terbayang-bayang dengan peristiwa itu lalu menulis surat elektronik berisi keluhan pada Kenya Airways. Dia menuntut kompensasi.
Beberapa bulan kemudian, pihak maskapai merespon. Selain permintaan maaf, dia menerima ganti rugi uang sebesar separuh harga tiketnya sekitar US$700. "Saya puas. Saya rasa ini cukup pantas," kata Pettersson.
0 comments:
Post a Comment