Salah satu dari gurun terkering yang ada di dunia, Gurun Sahara Tenere, adalah tempat tinggal yang nyaman dan subur bagi dua penduduk pada Sejarah Zaman Batu. Hal itu terungkap dari temuan situs pemakaman terbesar dari masa itu.
Situs arkeologi Gobero di Niger, Afrika, ditemukan oleh Paul Sereno dari University of Chicago, ketika dia melakukan ekspedisi mencari dinosaurus. Situs itu digunakan sebagai pemakaman oleh dua penduduk yang berbeda ketika Sahara masih berupa lahan hijau.
Pemeriksaan seksama terhadap 67 kuburan--sepertiga dari 200 lubang di situs itu--telah mengungkap gaya hidup pemukim wilayah hijau yang kini berubah menjadi gurun pasir. "Orang pertama yang menggunakan pemakaman Gobero adalah Kiffian, pemburu-pengumpul yang tingginya dua meter," kata salah satu anggota tim, Elena Garcea, dari University of Cassino, Italia.
Postur tubuh suku Kiffian yang besar itu menguatkan dugaan peneliti bahwa makanan amat berlimpah pada masa mereka tinggal di kawasan itu, antara 10.000 dan 8.000 tahun lampau. Ujung harpun yang ditemukan dekat makan menunjukkan bahwa Kiffian adalah pemburu andal. Para ilmuwan memperkirakan suku itu tinggal di tepi sebuah danau karena mereka juga menemukan tulang binatang padang rumput.
Semua jejak Kiffian hilang secara tiba-tiba pada sekitar 8.000 tahun lalu ketika Sahara menjadi amat kering selama ribuan tahun. Saat hujan kembali, populasi manusia yang berbeda, Suku Tenerian, yang bertubuh lebih pendek, langsing, dan anggun, tinggal di sana. Tulang dan artefak peninggalan masa itu menunjukkan bahwa mereka beternak, berburu, dan mencari ikan dengan peralatan yang tidak memerlukan kekuatan fisik seperti pada era Kiffian.
Penemuan yang paling mengagumkan sejauh ini adalah sebuah makam berisi seorang perempuan dan dua anak yang saling berpelukan. Mereka berbaring dengan beralaskan bunga. "Posisi mereka diatur dengan hati-hati," kata Garcea. "Ini mengindikasikan mereka memiliki kepercayaan spiritual dan memperhatikan orang yang telah meninggal."
Dalam laporan yang dipublikasikan jurnal PloS ONE itu, para ilmuwan berharap bisa mempelajari cara penduduk beradaptasi terhadap perubahan iklim. "Lingkungan banyak berubah pada beberapa peristiwa dalam waktu amat singkat, dan kami dapat membaca catatan unik ini untuk merekonstruksi bagaimana mereka menghadapinya," kata Garcea.
Sumber
0 comments:
Post a Comment