Sering Anda yang masih lajang merasa bosan sekaligus sebal saat ditanya, "Mana nih gandengannya?", "Apa kamu nggak bosan sendirian?", "Kapan menikah?", "Jangan terlalu santai, ingat kamu sudah umur berapa, kamu sadar nggak?" Mungkin Anda ingin sekali berteriak, "So what gitu loh?!!" Mulai dari teman-teman Anda, orang tua, saudara, seakan-akan tidak pernah puas "meneror" Anda dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama. Acara berkumpul dengan keluarga besar atau reuni sekolah yang seharusnya menyenangkan menjadi satu ajang yang kadang membuat Anda terombang-ambing, atau bahkan menjadi satu kegiatan yang paling Anda hindari. Mungkin Anda menjadi kesal dan berpikir sebenarnya ini hidup Anda atau hidup mereka? Kalau seandainya Anda menikah cepatpun dan nanti terjadi kekacauan dalam rumah tangga Anda, apakah mereka mau bertanggungjawab untuk itu? Selain itu, Anda masih punya hal-hal lain yang lebih penting untuk dikejar. Status lajang berarti kebebasan, tanggung jawab Anda pun hanya terbatas pada diri sendiri. Tapi tidak jarang Anda juga mungkin berpikir, "Aku nggak jelek-jelek amat, kenapa nggak ada yang tertarik?", "Apa ada yang salah denganku?", "Mungkin aku harus menurunkan standarku tentang calon pasangan...", "Kenapa aku tetap sendirian sementara teman-temanku sudah menikah dan bahkan ada yang sudah punya anak?", "Single sebenarnya enak juga, tapi kadang aku kesepian...". Ada juga sebagian yang tidak mau mengakui kalau mereka pernah berpikir seperti itu. Tapi tidak ada yang salah dengan mengakuinya, karena dengan berterus terang, Anda dapat mencari penyebab pikiran-pikiran itu dan menemukan jawabannya. Bukan begitu? Apakah Anda ditakdirkan untuk menjadi lajang selamanya? Budaya dan tradisi yang ada di masyarakat ikut menentukan persepsi Anda tentang seperti apa kehidupan yang "utuh" itu. Persepsi ideal yang umum menggambarkan seorang pria dan wanita yang menikah dan membentuk sebuah keluarga. Lantas bagaimana dengan Anda yang masih belum hidup "utuh"? Apakah Anda memang ditakdirkan untuk tetap single? Kadang Anda jadi bermimpi dan terlalu berfokus pada diri sendiri. Anda terus bertanya-tanya pada Tuhan tentang keadaan Anda. Padahal seluruh kehidupan ini tidak hanya berfokus pada diri Anda, ada banyak sisi-sisi kehidupan yang mungkin terluput dari pandangan Anda selama ini. Saat Anda memutuskan untuk menyambut, mensyukuri dan menikmatinya, Anda akan mengetahui sendiri jawabannya selagi Anda berjalan. Kriteria pasangan hidup dan pernikahan Jujur saja, Anda mungkin memiliki kriteria tentang pasangan ideal yang akan hidup "happily ever after" bersama dengan Anda, juga kriteria tentang kehidupan pernikahan yang ideal. Masalahnya, apakah Anda yakin akan "kekuasaan" Anda untuk "menciptakan" sosok pasangan ideal dan pernikahan ideal itu? Dan bagaimana Anda tahu apakah standar dan harapan Anda itu memang yang sepantasnya atau terlalu tinggi atau terlalu rendah? Kalau Anda membayangkan bahwa suatu saat nanti seseorang akan datang dan mewujudkan semua harapan Anda, itu tidak adil. Bagaimanapun juga, pernikahan menyatukan dua manusia, keberhasilan pernikahan pun juga ditentukan dan dibangun oleh Anda dan pasangan Anda, dengan Tuhan sebagai dasarnya. Jangan hanya menuntut pasangan yang tepat, tetapi jadilah seorang pasangan yang tepat! Aku bahagia kok dengan status lajangku! Penyangkalan terhadap kenyataan bahwa kadang Anda merasa kesepian, kadang Anda juga ingin punya pasangan, dan lain-lain, sadar atau tidak justru membuat Anda membangun tembok, bersikap menutup diri dan menunjukkan bahasa tubuh atau sinyal kalau Anda bisa melakukan semuanya sendiri dan tidak membutuhkan seorang pasangan dalam hidup Anda. Walaupun mungkin Anda bereaksi seperti ini saat orang lain mempertanyakan status Anda karena gerah dengan pertanyaan mereka, bersikap jujurlah, dan Anda pun akan merasa lebih santai menghadapi mereka. Kalau Anda berlagak seperti "lone ranger" yang mampu mengatasi semuanya, bisa jadi sikap Anda justru akan membuat orang yang tertarik pada Anda jadi mundur teratur. Lalu bagaimana Anda harus bersikap? Tentu saja Anda tidak mau terlihat terlalu berharap, terlalu agresif atau terlalu defensif. Semuanya dimulai dari kejujuran Anda kepada diri sendiri, karena apa yang terjadi di dalam diri Anda, itulah yang akan terlihat dari luar. Jadilah diri sendiri dan nikmati hidup Anda Sudah sewajarnya Anda memiliki kehidupan yang utuh sebelum seseorang memasuki kehidupan Anda. Dan kalaupun Anda memang akan melajang seumur hidup, itu bukan berarti kehidupan Anda tidak pernah utuh. Banyak wanita yang telah menggantungkan kebahagiaannya pada seorang pria yang akan datang dalam kehidupan mereka, dan mereka berpikir mereka tidak akan pernah bahagia sebelum pria itu datang. Mereka menunda membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup mereka karena menunggu datangnya sang pangeran. Dan saat yang dinanti tak kunjung tiba, mereka tenggelam dalam pikiran-pikiran dan emosi-emosi yang tidak sehat. Mengapa harus menunggu seseorang atau sesuatu untuk berbahagia? Saat Anda mulai berhenti bertanya tentang pasangan hidup kepada Tuhan dan mulai bertanya tentang apa tujuan Anda diciptakan serta apa yang seharusnya Anda lakukan, Anda akan melihat dan menemukan bahwa karunia-karunia dan keunikan Anda memang punya maksud yang spesifik. Saat itulah Anda akan berbahagia. Karena kebahagiaan Anda tidak bergantung pada ada atau tidaknya seorang pria atau wanita yang spesial. Jika Anda sudah merasakan kepenuhan hidup yang sejati, saat seorang pria atau wanita memasuki kehidupan Anda, Anda akan tahu apakah dia adalah orang yang tepat untuk bersama dengan Anda atau tidak. Sedikit tips, kalau Anda ditanyai tentang ‘kesendirian' Anda lagi, akui saja kalau memang belum ada perkembangan di area itu, tapi ceritakan tentang perkembangan di bidang yang lain, misalnya pekerjaan atau kegiatan baru Anda. Dengan ini, Anda tidak hanya memunculkan topik baru untuk didiskusikan, tapi juga akan mengurangi sikap defensif Anda. Sumber ; Jawaban.Com
0 comments:
Post a Comment